Pesantren Persulukan sebagai Wahan pembinaan lanjut usia potensial di pedesaan

Sebagaimana di berbagai Negara lain terutama Negara maju jumlah warga lanjut usia (lansia) di Indonesia terus meningkat. Ada asumsi bahwa para lansia (usia 60 ke atas), tidak potensial lagi dan sebagian dari mereka itu menjadi beban keluarganya dan masyarakat di sekitarnya. Apakah lansia yang relatif sehat (fisik dan non-fisik) juga demikian dan sudah seberapa jauh upaya pembinaan terhadap mereka, tidak mudah menjawabnya.

Pada sisi lain Pesantren yang merupakan sub-sistem pendidikan nasional di Indonesia, terus tumbuh dan berkembang. Pesantren melayani dan membina siapa saja secara sukarela, arif dan santun. Dalam menjalankan misinya pesantren pada awalnya membina orang dewasa (termasuk di di dalamnya warga lansia) dan pada masa selanjutnya juga membina anak-anak usia sekolah. Salah satu contoh dari pesantren yang seperti itu adalah Pesantren Persulukan Nurul Falah di Desa Panompuan Tapanuli Selatan (sekitar 500 km dari Medan di sekitar Padand Sidempuan - Sumatera Utara).

Dari hasil kunjungan studi penulis di pesantren Nurul Falah (Agustus 2004) ternyata mereka yang berada di pesantren itu datang dengan sukarela untuk mengikuti kegiatan persulukan (beribadah solat wajib dan sunat dll); di samping itu mereka bekerja secara ikhlas/sukarela untuk memenuhi keperluan hidupnya. Dari hasil pengamatan penulis ternyata mereka masih potensial dan produktif, dapat menolong dirinya masing-masing. Yang perlu dicermati model pe-santren seperti ini hanya cocok untuk lansia di pedesaan dengan akar - budaya yang agraris, tingkat ekonomi sangat sederhana dan marginal, namun selalu taat dengan ajaran agama Islam yang dianutnya. Apakah para lansia dengan sosio-budaya yang berbeda dengan mereka akan cocok juga menjadi peserta dalam pesantren seperti di atas, misalnya lansia yang tadinya biasa bekerja dalam bidang : industri, perdagangan, pegawai di kantor dll di kota, tampaknya perlu diteliti. Tempat pelayanan lansia yang lain dan dikenal dengan panti jompo (yang diasuh Dep.Sos dan pihak swasta yang berdasarkan agama) fokusnya untuk para lansia yang terlantar dan sangat miskin.

Panti jompo kurang diminati oleh para lansia dari lapisan masyarakat yang manapun baik di desa dan maupun kota. Nursing Home atau NH (dalam masyarakat barat, merupakan paduan antara rumah sakit dan panti jompo) apakah cocok jika diterapkan sebagai wahana pelayanan terhadap lansia di Indonesia, disamping pe-santren persulukan dan rumah jompo. Mengingat pesantren persulukan, Panti Jompo mungkin juga Nursing Home belum tentu cocok untuk berbagai bagi lansia dengan sosio-budayanya masing-masing, maka perlu dipikirkan adanya wahana/padepokan untuk pembinaan lansia yang relevan dengan sosio-budaya dari sisi etnik/suku/ras, agama dan lingkungan hidup sekitarnya.,
0 تعليق